CERPEN "INTO A NIGHTMARE"


Tugas : Cerpen

Judul  :  Into a Nightmare

Karya : Diyah Putri Maulina


                                 Into a Nightmare


"Hahaha, kamu kalah lagi, Sa" ucap Ranel sambil menepuk-nepuk pundak Sasa. Sasa pun hanya memajukan bibirnya dan menyubit paha temannya itu. "AWW ahahaha sakit tau Saaa, mending kamu latihan lagi main uno-nya, minta ajarin Athy" ejek Ranel. 

Sasa pun berusaha mengalihkan ejekan Ranel dan melihat ke arah televisi yang menayangkan berita terkini. "Selamat malam pemirsa, kami newestTV yang selalu menyampaikan berita terkini, terdapat kecelakaan pesawat Hyena Air HJ 7-9 rute Jakarta - Bali pukul 20.12 WIB, pesawat ini jatuh di perairan Selat Bali, terdapat 223 penumpang, tidak ada yang selamat dalam kejadian ini. Awak Pesawat ini hancur berkeping-keping, ditemukan juga korban yang jasadnya sudah hancur. Mari kita panjatkan doa kepada para korban dan keluarganya-" ungkap presenter dalam berita tersebut. 

"Innalilahi wainailaihi rajiuun, semoga pihak keluarga korban diberi ketabahan atas kejadian ini" ucap Jaya yang saat itu sedang membereskan uno. "Aminnnn" ucap Athy dan Sasa. "Lihat itu, awak kapalnya benar-benar hancur, pastipara korbannya pun ikut hancur, dan diberita sebelah diduga kalau kejadian ini ada campur tangan perusahaan pembuat pesawat, ck ck ck dunia ini sudah gila" ucap Ibu penjaga warung. "Apa? serius buuu? Haaa sungguh..." ucap Aran sambil mengerutkan keningnya. Ibu penjaga warung pun mengangguk-angguk sambil memberikan gawai-nya kepada jaya dan teman-temannya.

"Hah apa ini?? kenapa berasa seperti deja vu, bagaimanapun juga pesawat itu bukannyaaa..." gumam Ranel di dalam hati. Gumamannya pun terpotong oleh Athy. "Kamu kenapa nel? kok mukamu agak pucat, apakah ada sanak saudaramu di pesawat itu?" tanya Athy kepada Ranel. "Ah... aku tidak apa-apa, tidak ada sanak saudaraku yang sedang bepergian menggunakan pesawat, aku hanya pusing sedikit" ucap Ranel untuk menenangkan Athy. "Yasudah yuk kita pulang saja istirahat, besok kita main lagi!" tutur Jaya. Akhirnya, Ranel, Athy, Jaya, Sasa, dan Aran pun pulang ke rumah masing-masing.

Sesampainya di rumah, Ranel pun kembali mengingat-ngingat mimpinya beberapa bulan yang lalu. Ya, mimpi itu berhubungan dengan kecelakaan pesawat yang tadi ditayangkan di televisi. "Tidak salah lagi ini mimpi dua bulan yang lalu! dan ini sungguh terjadi lagi untuk ke sekian kalinya, dan mereka benar-benar hancur berkeping-keping" gumam Ranel. Ia pun berakhir tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pasalnya, memang Ranel cukup sulit untuk tidur dimalam hari, ia memiliki gangguan sulit tidur, ditambah ada kejadian tadi. 

Selang beberapa waktu, Ranel dan teman-temannya yang sebentar lagi akan pergi tour yang diadakan oleh sekolah setelah Ujian Akhir Semester (UAS). "Raneeeeellll, kamu udah siapin apa saja nih buat tour nanti?" tanya Sasa sambil menghampiri Ranel. "Hmm aku belum siapin apa-apa sih, soalnya masih lama, masih satu bulan lagi" jawab Ranel. "Huuuu yasudah, aku berencana mau membawa beberapa koleksi photocard-photocard ku lohhh hahaha, Athy juga mau membawanya, ayo kamu bawa juga!" ucap Sasa dengan senang. "Photocard ya? okay deh aku juga sepertinya akan membawa beberapa" jawab Ranel sambil mencubit pipi Sasa. "Hufft... masih ada dua hari lagi yaa UAS, aku pengin cepat-cepat liburan bareng temen-temen" keluh Ranel dalam hati. 

Sesampainya di rumah, Ranel mandi dan lanjut belajar untuk ujian besok, karena ia kelelahan ia jadi tidur lebih cepat. 

"AHHKK TIDAAAKKK TO-TOLONG AKUUU!!!". "Jangan terus merengek, apa aku harus memotong pita suaramu?" "Huuu hu... maafkan saya... tolong lepaskan sayaa". "SUDAH KUBILANG DIAM!! APA KAU MAU AKU MEMOTONG LIDAHMU DAN MEMENGGALMU SEKARANG???? BIARKAN AKU MENCABUT JARI-JARIMU YANG CANTIK DULU HAHAHAA!!"... 

"Hahh.. hah.. huhh.. hahh...apa yang aku mimpikan kali ini?" ucap Ranel sambil terengah-engah. "Tidak mungkin, tidak mungkin, kenapa aku harus memimpikan hal seperti itu? sahabatku... tidak mungkin ia akan diculik dan dibunuh karena dendam, ia dan keluarganya sangat baik, apa aku telepon saja? tapi bagaimana jika aku mengganggunya?" tutur Ranel yang kebingungan dan panik mengenai mimpinya. 

Ranel, seorang gadis berusia 18 tahun yang terkadang kesulitan untuk tidur dimalam hari ini sering kali bermimpi tentang masa depan yang akan terjadi, awalnya ia hanya menganggap itu hanyalah sebuah mimpi yang kebetulan. Akan tetapi untuk yang sekian kalinya ia yakin kalau itu tidak hanya sekadar mimpi. Memang, ada beberapa yang terjadi di kehidupan nyata, tetapi ada juga beberapa yang hanya sebuah mimpi belaka. Biasanya hal-hal yang besar seperti kecelakaan, penculikan, dan pembunuhan yang terjadi di dunia nyata, selebihnya hanya sekadar mimpi.

Maka dari itu Ranel terbangun dari tidurnya dengan perasaan panik. "Aku harus tetap positive thingking, itu hanyalah sebuah mimpi, pasti." ucap Ranel.

Ranel pernah memimpikan salah satu orang tua dari teman sekelasnya meninggal, dan beberapa minggu kedepan salah satu orang tua temannya betul-betul meninggal. Ranel pun terkejut mengenai hal itu.

Setiap ada mimpinya yang mengerikan benar-benar terjadi di masa depan ia merasa gelisah, takut, dan bingung karena ia adalah satu-satunya orang yang tahu bagaimana itu terjadi, bagaimana sadisnya kematian seseorang di dalam mimpinya.

Akan tetapi, meski ia mengetahui itu, ia tetap tidak bisa mencegahnya, dan bila ia berhasil mencegahnya bukankah ia mengubah kehendak tuhan?...

"Bagaimana jika tidak ada yang percaya dan aku dicap orang gila?, bagaimana jika aku yang akan mati, ?" kata-kata itu yang selalu termenung di dalam hatinya. Ia selalu merasa tidak nyaman dan bersalah.

Keesokan harinya Ranel kembali masuk sekolah, dan bel sudah berbunyi, tetapi sasa tidak terlihat batang hidungnya. "Hari ini Sasa tidak ke sekolah?" tanya Athy kepada Ranel. "Mungkin telat?" ucap Ranel. Akan tetapi, sampai bel istirahat pun sasa masih belum kunjung datang. 

Ranel dan teman-temannya berusaha menghubungi Sasa dan keluarganya. Namun, tidak ada satu pun yang merespons. Ranel tiba-tiba terpikir mengenai mimpinya tadi malam. "Bagaimana jika mimpi itu benar-benar terjadi?" ucap ranel dalam hati. "Tidak, tidak mungkin, kalaupun iya pasti keluarganya sudah melapor ke polisi dan pihak sekolah" lanjutnya.

Sepulang sekolah Ranel dan teman-temannya mengunjungi rumah sasa. Di depan rumahnya ramai dikunjungi para tetangga. "Permisi, kenapa di depan rumah Sasa ramai, ya?" tanya Athy pada salah satu tetangga Sasa. "Oh, kalian teman-temannya ya? tadi orang tuanya habis pergi dari kantor polisi dan katanya sasa menghilang dari kemarin, ia belum pulang sekolah sejak kemarin" jawab tetangga Sasa. "Yaampun... bagaimana kita bisa tidak mengetahui hal ini" tutur Jaya. 

"Tidak, tidakk mungkin! sasa tidak mungkin diculik, kan?" ucap ranel dengan gelisah, "Ranel, ayo kita menenangkan diri kita terlebih dahulu, Sasa pasti akan baik-baik saja" ucap athy.  "Bagimana ini... bagaimana jika sasa betul-betul diculik dan dibunuh seperti dimimpiterakhirku? apa sebaiknya aku mengatakannya kepada teman-temanku? bagaimana jika aku dianggap gila?" gumam Ranel dalam hati.

Setelah itu, mereka mengunjungi orang tua Sasa dan berharap Sasa baik-baik saja sambil menunggu informasi dari polisi.

Beberapa saat kemudian, secara mengejutkan Sasa datang bersama seorang kakek tua yang sudah beruban dengan sebuah motor. "SASA??? B-BAGAIMANA KAMU -" ucap ranel yang terkejut dan berdiri menghampiri Sasa dan memeluknya. "Sasa, kamu baik-baik saja?" tanya Athy yang khawatir "Lalu siapa Kakek ini?" tanya aran. "Aku baik-baik saja, dan Kakek inilah yang menolongku".

Ibu sasa yang melihat pun langsung menghampiri anaknya "Sasaaa yaampun, Ibu sangat mengkhawatirkanmu, Sa" ucap Ibunya Sasa. "Iya Ibu, maafkan aku, kemarin aku mengejar kucing dan tiba-tiba tesesat saat hari sudah gelap, aku hampir terhipnotis oleh orang-orang jahat, tetapi Kakek ini menolongku. Karena hari sudah malam, aku menginap di rumah Kakek ini" jawab Sasa. "Yaampun anakku, lain kali kamu harus lebih berhati-hati, dan untuk Kakek, saya sangat berterima kasih atas kebaikan Anda, saya pasti akan membalasnya" ucap Ibu Sasa, dan ibunya berupaya agar akek itu menetap sebentar untuk beristirahat sambil makan dan minum. Akan tetapi, sang kakek lebih memilih pulang karena harus melanjutkan pekerjaannya. "Saya senang bisa menolong anak anda, saya pamit dahulu. Nak, kedepannya lebih hati-hati, ya?" ucap si kakek. "Baik, terima kasih sekali lagi, hati-hati di jalan" ucap ibu sasa dan sasa.

Ranel dan teman-temannya pun bercengkrama untuk beberapa waktu, sasa menceritakan lebih detail mengenai kejadian dihari ia tersesat. Disaat itu pun ranel akhirnya bisa tenang karena mimpinya tidak betulan terjadi.

Waktu pun terus berjalan, hingga saat waktunya mereka tour sekolah datang. "Ayo ayo cepat kita masuk ke busnya" ucap Aran pada teman-temannya. "Aku mau duduk di sebelah Ranellll" tutur Athy. "Aku juga mau bersebelahan dengan Ranel" tutur sasa. "Hahahaa yasudah kita cari yang bangkunya bertiga saja" jawab Ranel.

Mereka pun menikmati keberangkatannya, dan sesampainya di lokasi, mereka membereskan barang dan masuk ke hotel. "Sehabis membereskan barang-barang bagaimana jika kita jalan-jalan ke luar sambil membeli oleh-oleh?" tanya Athy. "Wah, kedengarannya seru, ayo kita ajak Jaya dan Aran juga!" jawab Sasa, sementara Ranel mengangguk-anggukan kepalanya. 

Setelah itu, mereka keluar dan mulai mencari oleh-oleh. Namun, beberapa saat kemudian, mereka terpisah. Ranel dengan Sasa,  sementara itu Athy dengan  Jaya dan Aran. "Sa, ini kita di mana? Jaya dan lainnya ada di mana yaa?" ucap Ranel pada Sasa. "Aku juga tidak tahu ini dimana... sepertinya kita tersesat" jawab Sasa. "Yaampun, yasudah aku mau coba menghubungi mereka" ucap Ranel sembari mengeluarkan handphone-nya. "Haaa...handphone-ku baterainya habis, bagaimana denganmu, Sa?" tanya Ranel. "Aku malah tidak membawanya sama sekali" jawab Sasa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ditengah kegelapan itu mereka sambil memegang tangan satu sama lain, berharap ada teman atau guru mereka yang menemukan mereka. Sementara itu, Jaya, Athy, dan Aran sedang melapor ke guru pembimbing kalau ranel dan sasa tiba-tiba berpisah dengan mereka, dan berusaha untuk mencari bantuan untuk menemukan Ranel dan Sasa.

"Eh sa, sepertinya di sebelah sana ada orang, bagaimana kalau kita bertanya jalan kepadanya?" ucap Ranel. "Ide bagus, tapi bagaimana kalau dia bukan orang baik, atau bagaimana kalau itu hh-hantu?" jawab Sasa. "Huffftt, masa hantuu, tapi kita tidak bisa berdiam diri saja." tutur Ranel. 

Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki di belakang mereka, dan "BUAAK, BUAAK" suara kayu yang memukul kepala Sasa dan Ranel.

"Ughhh, di mana ini?..." lirih ranel yang setengah sadar. Ranel terbangun di sebuah ruangan yang gelap, ia terpisah dengan sasa. "Seingatku tadi... aku bersama sasa dan tiba-tiba ada suara langkah kaki dan-" ucap ranel yang tiba-tiba omongannya terpotong.

"Tunggu, dimana sasa?" ucap ranel. "Aduh kepalaku sungguh sakit, kalau tidak salah tadi ada yang memukul kami. Aku harus mencari sasa secepatnya, kemungkinan besar kami diculik, aku harus berhati-hati." ucap ranel. Untungnya dia hanya dikunci di ruangan kosong. Namun, ternyata ruangan itu adalah ruangan...

"Sebenarnya bau apa yang dari tadi menyengat kehidungku?" ranel pun tidak sengaja menginjak sesuatu. "Hah, apa ini? tunggu, b-bukankah i-ini bentuknya s-s-seperti kepala manusia???" ucap ranel sambil gemetaran. Lalu, di dalam ruangan yang gelap gulita itu ia meraba-raba yang ada di sekitarnya ia menemukan potongan tubuh manusia lainnya. Ia pun panik sambil menutup mulutnya agar tidak ada suara teriakan yang keluar dari mulutnya. 

"AAAAKKKKKHHHH, T-TIDAAAKKK T- T- TOLOOOONGG JANGAN BUNUH SAYAAA, J-JANGAN. TANGANKU, AKKKHHH." Terdengar suara teriakan dari ruangan seberang. "Suara itu... mirip suara Sasa, oh tidak, ada kepala manusia disini dan potongan tubuh lainnya, tercium bau bangkai, dan teriakan sasa meminta tolong." tutur Ranel. "Tidak, ini tidak boleh terjadi seperti yang ada di mimpi, aku harus menolongnya." ucap Ranel. 

Ranel pun mencari jalan keluar, di dalam ruangan itu terlihat samar-samar ada jendela menuju keluar, saat ia berusaha menaiki jendela itu dengan tangga yang tadinya ada di sebelahnya, ia melihat bahwa ia sedang berada di lantai dua. Tanpa ragu-ragu ia meloncat ke bawah. "BRUUUK" suara ranel yang jatuh. Di sisi lain, si pembunuh itu mendengar suara yang dibuat Ranel, dan segera mengecek ruangan dimana Ranel ditempatkan olehnya, dan ternyata Ranel sudah kabur. 

Si pembunuh itu pun, keluar untuk mencari Ranel. Di sisi lain ranel berhasil melompat kebawah dengan keadaan pincang, ia kesulitan berjalan. Akan tetapi, pada akhirnya ia berhasil memasuki ruangan di mana Sasa berada. 

"Sasa, sasa lihat aku, ini ranel, aku akan mmenyelamatkanmu huhuhuhu..." ucap ranel sambil menangis. "Ranel, kamu harus pergi dari sini, tidak ada waktu, lihat aku sekarang, aku berlumuran darah, kamu harus segera pergi, dia, dia adalah orang itu Ranel." rintih sasa. "Apa maksudmu? bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendirian disini?" jawab ranel. "Kamu harus pergi, dia orang yang waktu itu...ahh ini sangat sakit." ucap Sasa yang omongannya terputus."Dia siapa?, ayo kita pergi sebelum orang itu kembali kesini." jawab Ranel sambil berusaha melepas ikatan tali pada Sasa.

"Siapa kau seenaknya mau membawa tawananku hahaha" ucap si pembunuh yang ternyata sudah kembali ke ruangan di mana Sasa berada. "Jadi kau ya tikus yang membuat kekacauan, mencoba kabur dengan tawananku?" ucap si pembunuh. Ranel pun terdiam gemetaran, kemudian ia menengok kebelakang, ke tempat berdirinya si pembunuh. Ia pun semakin terkejut, karena si pembunuh itu mirip dengan kakek yang sempat menolong Sasa saat tersesat kala itu. 

"B-bagaimana kau bisa di sini b-bu-bukannya kau itu-?" tanya ranel kepada kakek pembunuh. "Yaaa, kau betul aku adalah orang yang pernah menyelamatkan temanmu itu, eh bukan menyelamatkan, aku hanya iseng sedikit saja sebelum memangsanya, karena saat itu bukan waktu yang tepat untuk membunuhnya hahaha" ucap si Kakek Pembunuh. "T-tidak bagaimana kau bisa melakukan hal seperti ini, lepaskan kami, kalau kau sampai membunuhnya aku tidak akan pernah memaafkanmu!" teriak Ranel. "Apakah itu penting bagiku? yang penting adalah temanmu yang menjadi mangsa & tawananku sudah ada di tanganku, tadinya aku tidak mau membawamu juga, tapi di lihat-lihat rambut dan jari-jarimu cantik juga, ya" tutur Kakek Pembunuh sambil mengeluarkan ekspresi yang menyeramkan sekaligus menjijikkan.

"Tidak, tidak mungkin ini seperti di mimpiku saat itu. rambut dan jari? ya tuhan kenapa ini harus benar-benar terjadi" tutur ranel dalam hati. Di saat ia marah sekaligus takut, ia mengambil pisau dan berlari ke arah kakek pembunuh, ia terpeleset karena darah sasa yang berceceran di lantai. Namun, ia berhasil sedikit melukai si kakek pembunuh. Akan tetapi, itu malah membuat si kakek kegirangan dan berniat ingin membunuh ranel sekarang juga.

"Niat beranimu sangat kusukai, aku jadi tidak sabar untuk mencabut jari-jarimu yang manis itu" ucap si kakek sambil membawa pisau pemotong daging dan palu. Si kakek pun menarik ranel dengan paksa dan menusuk ranel dengan pisau berkali-kali, dan memukulnya dengan palu sebelum si Kakek Pembunuh memotong jari-jarinya secara perlahan.

Ranel pun sudah tidak berdaya, dan berkata "Sasa, kau harus tetap hidup, maafkan aku, aku sebenarnya sudah tahu kalau ini akan terjadi kepadamu, tetapi aku masih tidak bisa mencegahnya, maafkan aku" ucap raneh sambil tertatih-tatih. Sasa yang sudah terluka dan berlumuran darah duluan hanya bisa menyaksikan temannya yang dibunuh sambil menangis dan berkata "Apa maksudmu sudah mengetahuinya? kita sama-sama korban, kau tidak bersalah, justru aku yang harus meminta maaf, karenaku kau jadi ikut terseret dalam pembunuhan ini" tutur Sasa. "Ma-maaf... sasa ki-kita ak-akan s-ssselalu b-ber-sahabat, kan?" ucap ranel untuk terakhir kalinya. "Ra-ranelll...t-tidakKK ARRRGHHHH" teriak Sasa.

Si kakek pembunuh itu melihat kedua anak ini sembari tersenyum dengan mengerikan. Ia terllihat puas karena melihat kedua anak ini tersiksa karenanya. "Aku akan m-mengutukmu dasar k-kakek tua" tatih Sasa. "Berisik kau, lebih baik kau segera menyusul temanmu yang mati itu!" ucap si Kakek Pembunuh, ia pun melanjutkan penyiksaannya terhadap Sasa. Sampai akhirnya Sasa menghembuskan napas terakhirnya di tangan Kakek Pembunuh itu. 

Ranel, anak remaja ini sudah tidak akan memimpikan hal menyeramkan yang datang dari masa depan lagi, kau sudah tenang, tidak gelisah lagi, kau tidak sendirian lagi dalam menghadapi mimpimu itu, karena mimpi terakhirmu itu menjadi akhir kisah cerita hidupmu juga.


Selesai~

Genre : Misteri, Thriller.


Comments